Sejauh Apa Sih Kita Boleh Curhat Di Media Sosial?
Guys! Gimana sih pendapat kalian tentang orang yang suka banget curhat di media sosial (medsos)? Misalnya aja Karin Novilda (Awkarin) dan Salmafina Sunan yang jadi terkenal gara-gara curhatan mereka di internet. Atau nggak usah jauh-jauh deh, pasti kita punya kan temen yang hobi banget nyeritain masalah hidupnya di medsos? Wait, jangan-jangan kita adalah orang tersebut?
Gogirl! sempet ngelempar pertanyaan ini nih di Instagram dan ternyata 64% voters ngaku kalo mereka sebel banget sama temen-temennya yang sering curhat di medsos, sedangkan 36% voters bilang biasa aja. Menariknya, mereka yang juga share pendapatnya kebanyakan bilang kalo sebenernya mereka nggak suka dengan orang-orang kayak gini, cuma mereka berusaha buat maklum karena bagaimanapun cara seseorang ngegunain medsosnya adalah hak dan pilihan tiap pribadi. Kalo kita nggak suka, yaudah, skip aja.
Well, sebenernya setuju dengan pendapat ini. Emang sih, mixed feeling menghadapi fenomena curhat di medsos yang lagi rame banget beberapa tahun belakangan. Mungkin kita tanpa sadar juga adalah bagian dari fenomena tersebut. Makannya kali ini kita mau bahas alesan di balik kenapa sih kita suka curhat di medsos dan sejauh apa sebenernya kita boleh nyeritain kehidupan pribadi kita via platform ini? Penting banget lho buat kita tau. Yuk simak!
KENAPA KITA SUKA CURHAT DI MEDSOS?
Dulu kita curhat di buku diary biar masalah kita nggak diketahui siapa-siapa, tapi sekarang kita malah mempublikasikan curahan hati kita di medsos dalam rangka sengaja memperlihatkannya ke banyak orang. Pernah kepikiran nggak kira-kira kenapa? Ternyata ini dia beberapa alesannya:
1. KEBUTUHAN UNTUK DIDENGARKAN
Dikutip dari pijarpsikologi.org, kebutuhan untuk didengarkan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. Bahkan penelitian Dale Carnegie, seorang penulis asal Amerika Serikat, nunjukkin kalo kebutuhan kita untuk didengarkan ini setara dengan kebutuhan pangan, kesehatan, seks, dan tempat tinggal. Kita yang suka curhat di medsos mungkin nggak punya temen yang bisa ngedengerin keluh-kesah kita, atau kita adalah tipe orang yang sulit untuk menceritakan masalah secara langsung ke orang lain, makannya kita lebih milih untuk melampiaskan emosi lewat platform ini.
2. BERSIFAT MENENANGKAN
Abis curhat di medsos tuh rasanya puas, ya nggak sih? Karena akhirnya kita bisa ngelampiasin unek-unek yang sebelumnya cuma bisa kita simpen sendiri. Kita bahkan bisa dengan bebas nyindir orang yang jadi pemicu emosi kita tanpa perlu nyebut siapa yang dimaksud. Dikutip dari Tirto.id, terkadang kita emang lebih milih cara ini daripada melampiaskan emosi secara langsung di depan orang yang bersangkutan untuk menghindari konsekuensi yang harus dihadapi setelahnya.
3. MENCARI DUKUNGAN DARI ORANG LAIN
Selain melampiaskan perasaan, sadar nggak kalo kebiasaan curhat di medsos tuh sebenernya juga kita lakukan untuk mencari dukungan? Ketika kita memutuskan untuk mempublikasikan curhatan di medsos, pasti ada deh sebagain dari diri kita yang mengharapkan respon dari orang lain. Entah sekedar pertanyaan, “Are you okay?”, kalimat penyemangat, atau berharap ada yang bisa ngerti pemikiran dan perasaan kita. Mungkin ini juga alesan kenapa Shafa Harris ngeupload video viralnya di Instagram. Dukungan publik tersebutlah yang nggak akan kita dapet kalo kita sekedar cerita ke temen terdekat atau nulis curhatan kita di diary.
DAMPAK NEGATIF CURHAT ONLINE
Oke, mungkin curhat di media sosial bisa menenangkan kita, tapi kita juga harus tau kalo curhat di medsos secara berlebihan ternyata banyak dampak negatifnya. Mulai dairi mengumbar aib sendiri sampe bikin orang-orang yang ngebaca curhatan kita kesel dan dicap caper alias cari perhatian. Bahkan dikutip dari psychologytoday.com, penelitian nunjukkin kalo walaupun 100% responden ngaku ngerasa lebih tenang setelah berkoar-koar di medsos, perasaan itu ternyata cuma bersifat sementara. Dalam jangka panjang, orang yang suka curhat di medsos malah akan ngerasa lebih marah. Keluhan-keluhan yang dilontarkan secara online juga bisa berujung pada emosi negatif lain seperti rasa malu dan bersalah.
BATASAN-BATASAN YANG HARUS KITA INGAT
Lalu sejauh apa sih kita boleh curhat di medsos? Pengamat media sosial Endah Nasution bilang kalo sebenernya boleh-boleh aja kok kita curhat di dunia maya, asalkan kita tau konsekuensinya. Beberapa hal yang harus selalu kita inget ketika curhat di medsos di antaranya:
- Jangan terlalu sering atau terus menerus, karena curhatan kita bakal diliat temen-temen, keluarga, dan orang-orang terdekat lain dan membuat kita terkesan seperti orang yang selalu mengeluh;
- Bijaksana dalam memilih informasi yang bersifat pribadi atau boleh untuk publik, apa lagi ketika melibatkan orang lain. Misalnya aja masalah keluarga, menurut kalian baik nggak buat dipublikasikan di media sosial? Selain itu, sebisa mungkin jangan menyebut identitas orang lain dalam curhatan kita;
- Jangan curhat untuk sekedar merncari perhatian; dan
- Coba fokus pada manfaat atau pelajaran yang bisa diambil agar curhatan kita bermanfaat buat orang lain. Misalnya aja kita kesel karena baru kehilangan dompet di kendaraan umum. Kira-kira apa yang bisa kita share ke temen-temen dari pengalaman tersebut biar hal yang sama nggak terjadi juga pada mereka.
Average Rating